Yogyakarta, 20 Juli 2010 pukul 13.00-14.00 di Bank Indonesia Jl. Panembahan Senopati 4-5 Yogyakarta, terjadi konferensi pers mengenai “Kesiapan Pasokan Komoditas Bahan Pokok Menjelang Bulan Ramadhan dan Pengaruh Muktamat Muhammadiyah terhadap perekonomian DIY” yang dihadiri oleh 17 orang perwakilan dinas-dinas terkait dan seorang perwakilan Pusat Pengembangan Ekonomi UMY ( Lilis Setiartiti), sehubungan dengan hal tersebut dapat dilaporkan sebagai berikut:
1. Kenaikan harga komoditas dipengaruhi oleh tekanan sisi permintaan maupun penawaran dan faktor psikologis di pasar, libur anak sekolah dan banyaknya hajatan menjadi pendorong disisi permintaan. Sementara itu disisi penawaran lebih disebabkan oleh adanya gangguan produksi pada beberapa komoditas tanaman pangan dan rencana kenaikan TDL yang mempengaruhi ekspektasi palaku pasar.
2. Pasokan dan stok komoditas pangan relatif mencukupi, diperkirakan ke depan harga-harga akan menyesuaikan ke level yang lebih terkendali. Stok beras mencukupi dan mampu mencover penyaluran raskin sampai 8 bulan kedepan, penyaluran raskin rutin bulanan sebanyak 3.024 ton lancar tersalurkan pada masyarakat. LPG, pertamina secara fleksibel akan menambah pasokan di pasar sesuai kebutuhan.
3. Hal yang perlu ditindaklanjuti adalah:
a. Mengusulkan kepada pemerintah untuk memberi kewenangan lebih kepada bulog mengenai komoditas yang ditanganinya, seperti gula.
b. Pemerintah Daerah berkoordinasi dengan instansi terkait akan terus memonitor perkembangan pasokan dan harga pasar, dan melakukan tindakan apabila diperlukan.
c. Belum diperlukan intervensi pasar, karena ada keyakinan kenaikan harga yang terkait faktor ekspektasi yang berlebih.
4. Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia dan UMY didapat:
a. Nilai belanja rata-rata per responden selama muktamar mencapai Rp.1.450.000,- per orang dengan komoditas utama adalah pakaian, oleh-oleh, transportasi, dll. Kegiatan muktamar juga telah memberikan peluang usaha bagi pedagang di DIY (51%), dengan komoditas utama terjual adalah makanan dan minuman (37%), pakaian jadi (23%), souvenir (23%), dan sisanya komoditas lain. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa pelaksanaan Muktamar cukup memberi dampak terhadap perekonomian di DIY.
b. Hasil konfirmasi empat pasar (Demangan, Kranggan, Bringharjo, dan Giwangan), dapat disimpulkan kenaikan harga yang terjadi di pasar tradisional bukan disebabkan oleh pelaksanaan muktamar, namun lebih disebabkan oleh gagal panen (55%), hajatan (23%), liburan (10%), kenaikan TDL (6%). Tingkat perubahan harga barang umum di pasar saat muktamar sebesar 15,9%, setelah muktamar sebesar 2,9%, dibandingkan sebelum dan sesudah muktamar mengalami peningkatan harga 19,2%. Ekspektasi pedagang setelah muktamar selesai menyatakan bahwa mayoritas responden menyatakan harga tidah berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar