Mengenai Saya

Foto saya
jakarta, selatan, Indonesia
Indo Berita Nusantara merupakan situs berita internet yang memberikan informasi berbentuk berita diseluruh nusantara Alamat Jl. Joe. Gg. Kelapa Hijau Telp.(021)98265014 Anda punya berita atau informasi silahkan kirim ke e-mal : ibernas.jakarta@yahoo.com

Kamis, 02 September 2010

Penolakan Pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia ke Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah

Palangka Raya (1/9), Kusni Sulang, anggota LKD (Lembaga Kebudayaan Dayak Palangka Raya) mengatakan saat ini Palangkara Raya dalam wacana umum untuk menjadi IbuKota atau Pusat Pemerintahan RI merupakan salah satu topik yang menjadi pembicaraan khalayak luas, baik di Kalteng sendiri maupun di luar Kalteng. Dilihat pada sejarahnya, Kalteng memang pernah diusulkan oleh Presiden Soekarno untuk dijadikan IbuKota RI pada awal diresmikannya Provinsi Kalteng dan Palangkaraya ( IbuKota Provinsi ) pada tahun 1957. Pemindahan Ibukota juga mendapat dukungan dari Susilo Bambang Yudoyono ( Presiden RI ) dan Marzukie Alie ( Ketua DPR RI ) dilihat pada masalah yang dihadapi Ibu Kota Jakarta pada sekarang ini. Dalam hal ini, pro dan kontra mengenai pemindahan Ibu Kota juga muncul dan menjadi pembicaraan dari beberapa orang yang menolak pada wacana ini yang dintaranya adalah Jusuf Kalla ( Mantan Wakil Presiden ) dan Gamawan Fauzi ( Menteri Dalam Negeri ) yang menolak akan berpindahnya Ibukota dari Jakarta ke Kota Palangka Raya, Provinsi Kalteng. Pemindahan Ibu Kota akan mempunyai dampak besar pada bidang politik, ekonomi, sosial budaya, lingkungan dan pertahanan keamanan. Dampak yang paling besar dilihat dari segi sosial budaya berpengaruh pada Uluh Itah (Suku Asli Dayak Kalteng) yang akan menjadi minoritas tersingkir dan terbelakang pada tanah kelahirannya sendiri.
Pembangunan berskala besar pada Provinsi Kalteng yang akan dijadikan sebagai ibu kota negara pasti akan terwujud dan masalah dalam hal pembebasan lahan secara besar-besaran untuk membangun infrastruktur dan bangunan perkantoran dan sebagainya bukan tidak mungkin akan terjadi, karena kebutuhan akan ruang untuk hidup dan pengembangan usaha akan semakin besar pada laju pemanfaatan dan eksploitasi lahan  yang akan sangat sulit sekali untuk dikendalikan dan akan berdampak pada rusaknya ekosistem alam yang pada saat ini telah dijadikan sebagai paru-paru dunia atau paling tidak untuk Indonesia. Dari segi biofisik lingkungan diketahui bahwa lahan di wilayah Kalimantan Tengah tergolong kurang subur untuk pengembangan usaha budidaya, sehingga lebih sesuai untuk habitat jenis pohon yang sejak awal tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu tampaknya tanpa disadari oleh manusia bahwa populasi suku dayak yang memang adalah suku asli Kalteng adalah sangat sedikit jumlahnya. Karena  populasi penduduknya sangat sedikit tersebut mengisyaratkan bahwa kawasan ini sejak awal diperuntukan bukan untuk dibuka atau dirubah secara besar – besaran, tetapi untuk dipertahankan sebagai kawasan penyeimbang ekosistem. 
(APP.S/ACH)

Tidak ada komentar: